Kisah Nyata
Peristiwa hinggapnya burung merpati di atas hamba Tuhan Pdt. Jan D. Ompe/Sruwally merupakan suatu fenomena rohani yang nyata. Kejadian ini terjadi tanpa diduga oleh seorangpun dan tanpa direncanakan bahwa moment yang langka ini akan terjadi. Hal ini tidak diatur dalam suatu skenario yang menampilkan demonstrasi secara dramatisasi atau mungkin direkayasa dengan memakai objek burung merpati yang palsu. Atau mungkin hal ini merupakan hasil rekayasa photoshop, corel draw atau program edit foto lainnya. Apapun bentuk dugaannya namun seperti yang terlihat pada beberapa foto di bawah ini merupakan kisah nyata di saat Pdt. Ompe akan berkhotbah pada Ibadah Minggu Raya. Hal ini memang menjadi bahan perbincangan di kalangan gereja-gereja dan juga merupakan hal kontroversial di berbagai kalangan. Tapi tidak dapat dielakkan lagi karena peristiwa ini sudah dibuktikan sampai ke birokrasi pemerintahan yang menangani hal tersebut. Telah diakui kebenarannya bahwa hal ini merupakan suatu realita yang terjadi dan bukan hasil rekayasa. Lebih diperkuat lagi dengan adanya saksi dari ratusan jemaat yang hadir pada saat peristiwa ini terjadi.

Kronologis peristiwa ini terjadi di hari minggu pada ibadah Minggu Raya. Hal ini terjadi beberapa kali dalam setiap ibadah minggu tepatnya tanggal 25 Juni, 2 Juli dan 9 Juli tahun 2000. Pada saat itu burung merpati tersebut terbang masuk ke dalam gereja pada saat Pdt. Ompe akan berkhotbah. Merpati itu terbang dan hinggap di atas kepala lalu turun ke bahu, paruhnya diarahkan ke telinga sambil menyentuh bagian-bagian telinga, hal yang sama pun dilakukan ke pinggiran mata dan juga ke bagian mulut. Dan semuanya itu memiliki makna rohani yang sedang diamanatkan. Kemudian merpati tersebut turun ke mimbar dan mengarahkan paruhnya tertuju pada Alkitab yang telah terbuka serta membuka lembaran demi lembaran hingga berhenti pada bagian kitab Mazmur 126 sambil mengarahkan paruhnya ke penggalan pasal tersebut.
Mazmur 126: 1-6
Nyanyian ziarah. Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi. Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa: "TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!" TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita. Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb! Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.Berkenaan dengan demonstrasi yang dilakukan merpati melalui paruhnya itu, sesungguhnya memiliki makna rohani dan hal itu disingkapkan Tuhan sendiri kepada hambaNya Pdt. Ompe. Tuhan berbicara kepada Pdt. Ompe bahwa bagian mata dan telinga yang disentuh bermakna sesuatu yang telah dilihat oleh matamu dan didengar oleh telingamu tentang perkara Allah yang besar, dan bagian mulut yang disentuh berarti sampaikanlah dengan berterus terang tentang apa yang sudah engkau lihat dan dengar tanpa berkompromi dengan dosa dan sifat kedagingan manusia.
Mazmur 126:1-6 yang dibuka oleh paruh burung merpati itu dinyatakan oleh Tuhan kepada hambaNya Pdt. Ompe ialah menceritakan tentang keadaan orang-orang percaya di Ujung Bumi yang tetap menantikan pengharapan akan kemuliaan Allah di tengah-tengah penderitaan dan kesusahan mereka. Dengan keterbatasan penghidupannya, mereka tetap mempertahankan perkara Allah yang telah dipercayakan kepada mereka itu dan giat tanpa pamrih mengerjakan pelayananNya dari hari lepas hari sampai melihat janji-janji Allah itu menjadi nyata atas seluruh bumi. Sekalipun menabur benih firman Allah dengan mencucurkan air mata dan berkeringat darah akan siksaan dan penderitaan yang seolah-olah membelenggu, tetapi dengan semangat mereka mengerjakan kebenaran itu karena kebenaran Firman Allah tidak dapat dibelenggu oleh siapapun juga. Tuhan memulihkan keadaan Sion, orang-orang percaya dibuatNya seperti bermimpi, mulut mereka penuh dengan tertawa dan sorak-sorai, mereka tidak memandang penderitaan dan kesusahan yang selalu ada di sekeliling mereka itu sebagai suatu batu sandungan yang menghalangi tetapi mensyukurinya sebagai bagian dari proses Tuhan yang memurnikan orang-orang kudusNya agar kemuliaan Allah menjadi nyata di atas mereka. Oleh sebab itu dengan nyanyian pujian penyembahan dan sorak-sorai selalu mereka perdengarkan dari tempat mereka berada, di Ujung Bumi, di tempat matahari terbit.

Pada dasarnya peristiwa hinggapnya burung merpati itu tidak terjadi secara kebetulan atau memakai waktu-waktu yang tidak bersyarat, tetapi memiliki maksud-maksud Ilahi yang sedang diamanatkan dan diberikan mandat khusus untuk meneruskan pelayanan Tubuh Kristus agar menyatakan berita kesempurnaan yang telah dipercayakan dari Ujung Bumi sampai ke Pusat Bumi dan dengan sendirinya seluruh bangsa dipulihkan Tuhan, maka terciptalah Kerajaan Allah di muka bumi ini, indah sebagai di Eden seperti pada permulaan zaman. Datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu, di bumi seperti di dalam Sorga.(Matius 6:10)